Pada wawancara kali ini, Kepala BAPETEN menguraikan tentang sejarah awal pembentukan BAPETEN yang didasari oleh Undang-Undang No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran. BAPETEN bertugas untuk mengawasi seluruh pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air melalui 3 (tiga) pilar utama, yaitu Peraturan, Perizinan dan Inspeksi. Tiga pilar ini ditujukan untuk menjamin keselamatan para pekerja, masyarakat dan lingkungan.

Dijelaskan bahwa, pada awalnya nuklir hanya digunakan untuk kepentingan perang semata, yaitu berupa bom. Tetapi setelah Perang Dunia II, melihat banyaknya korban karena adanya bom nuklir, maka selanjutnya dunia menghimbau agar nuklir digunakan untuk tujuan damai.

Terkait dengan sejarah tersebut, Indonesia pun ikut berperan aktif dalam pembentukan International Atomic Energy Agency (IAEA). Dan sekarang ini, BAPETEN pun melakukan pengawasan terhadap Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif (FRZR) dan Instalasi Bahan Nuklir (IBN).

Selain itu, kembali ditegaskan oleh Kepala BAPETEN, jika dikemudian hari terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), maka BAPETEN bukanlah sebagai pendirinya, tetapi hanya sebagai pengawas yang bertugas untuk memastikan PLTN tersebut berjalan sesuai dengan izin yang diberikan.

Sebagai penutup, diharapkan agar di masa mendatang masyarakat tidak lagi merasa awam dengan kata "nuklir", sehingga proses pemanfaatan nuklir dapat berjalan dengan lancar di tanah air, baik untuk kesehatan, pertanian, industri, reaktor maupun PLTN pada akhirnya.