Banner BAPETEN
Wawancara Deputi PI dengan BaliTV : Pencegahan Kontaminasi Masuk ke Tubuh Manusia
Kembali 28 Maret 2011 | Berita BAPETEN
bdi_280311123242.jpg

(Jakarta,BAPETEN) 

bdi_280311094131.jpgDeputi Perizinan dan Inspeksi (Deputi PI), Martua Sinaga yang dalam kesempatan ini didampingi oleh Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir, Reno Alamsyah dan Kepala Subbagian Humas, Suprihatin menerima kunjungan wartawan BaliTV, Chaidir Fadilah dan kameramen Agung yang ingin memperoleh informasi peristiwa penyebaran radioaktif Fukushima Jepang. Wawancara pada Jumat (25/03) tersebut terkait dengan penanggulangan radiasi; masalah makanan; dan SOP penanggulangan di bandara.

imgkonten
 Seperti telah diketahui bahwa telah terjadi ledakan di PLTN Fukushima Jepang yang mengakibatkan munculnya indikasi keluarnya zat radioaktif Cessium-137 (Cs-137) dan Iodine-131 (I-131) ke udara. Zat tersebut dapat kembali lagi ke lingkungan sehingga dapat dikhawatirkan dapat memaparkan radioaktif ke makhluk hidup sekaligus mencemari lingkungan. Hal terpenting yang saat ini diperhatikan adalah pencegahan zat radioaktif atau kontaminan tersebut masuk kedalam tubuh manusia.

"Kontaminan ini dapat tebawa oleh siapapun yang berangkat dari Jepang ke Indonesia. Jadi perlu dideteksi apakah ada indikasi kontaminasi terhadap penumpang pesawat. BAPETEN melakukan pemeriksaan ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar - Bali oleh 6 orang staf BAPETEN, dan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng - Banten ada 15 orang. Kedua Bandara tersebut merupakan pintu masuk terbesar dari Jepang ke Indonesia", kata Deputi PI menjawab pertanyaan BaliTV seputar perkembangan terakhir PLTN Fukushima Jepang.
Apabila ada indikasi kontaminasi maka dilakukan dekontaminasi atau pengamanan kontaminan agar tidak masuk ke dalam tubuh manusia. Dekontaminasi disini maksudnya adalah mengeluarkan dan mengamankan zat radioaktif tersebut dari bahan yang terkontaminasi. Sampai saat ini ditemukan dua kasus di Bandara Sukarno Hatta dimana telah dilakukan pengamanan terhadap bahan yang terkontaminasi. BAPETEN dalam hal ini menggunakan alat detektor radioaktif untuk memeriksa penumpang, barang, kargo, awak pesawat dan pesawat dari Jepang.
Perhatian khusus juga ditujukan ke produk makanan Jepang yang dikirimkan ke Indonesia. Upaya pemerintah adalah mengamankan bahan makanan -yang terindikasi tercemar bahan radioaktif- agar tidak terkonsumsi masyarakat Indonesia. Bahan makanan seperti sayuran, air minum atau susu, daging, ikan terutama salmon untuk sushi yang dikapalkan ke Indonesia sejak 11 Maret 2011 tersebut harus mempunyai sertifikat bebas kontaminasi yang dikeluarkan oleh "Competent Authority" di Jepang. Untuk itu BPPOM mendapat tugas untuk mencari instansi di Jepang selain Departemen Kesehatan yang berwenang mengeluarkan sertifikat bebas kontaminasi. Apabila belum ada sertifikat bebas kontaminasi setelah 11 Maret 2011 maka barang tersebut akan ditolak dan dire-export ke Jepang.

Sedangkan untuk di Indonesia, instansi yang diakui untuk mengeluarkan sertifikat tersebut adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Hal ini juga untuk menepis kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap produk yang dikapalkan pada periode tertentu, terutama saat kejadian tsunami terdapat pengiriman bahan makanan ke Indonesia, maka akan diambil sampel yang dikirimkan ke BATAN. Standar yang dipakai adalah dari Menteri Kesehatan yaitu antara 100 sampai dengan 300 Becquerel per kilogram (Bq/kg). Standar makanan dan minuman di Jepang sendiri adalah 300 - 500 Bq/kg dan untuk standar internasional adalah 1.000 Bq/kg.

Lebih lanjut Deputi PI menjelaskan bahwa pada dasarnya zat radioaktif mengeluarkan radiasi terus menerus tergantung umur paruhnya. "Misal Iodine-131 yang mempunyai umur paruh 8 hari, kalau masuk ke dalam tubuh biasanya ia deposit di thyroid. Maka selama itu Iodine akan menyinari thyroid dan itu dianggap berbahaya. Resikonya adalah penyakit genetik atau kanker. Sedangkan untuk Cessium-137 yang mempunyai umur paruh 30,18 tahun, cenderung deposit di tulang dan otot. Untuk itu, prinsip utama adalah mencegah zat radioaktif itu masuk kedalam tubuh manusia", tegas Beliau.

Sumber : Humas

Tautan BAPETEN

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

Tautan Internasional

Tautan LPNK