Banner BAPETEN
Tanggapan Kepala BAPETEN Terhadap Naskah Seminar Peserta PPRA XLIV di Lemhanas
Kembali 08 Oktober 2010 | Berita BAPETEN
bdi_081010022246.jpg

(Jakarta,BAPETEN) 

bdi_081010022246.jpgSeminar Program Pendidikan Regular Angkatan (PPRA) XLIV, yang mengambil tema Revitalisasi Industri Strategis Guna Mendukung Pembangunan Nasional Dalam Rangka Ketahanan Nasional, diadakan di Gedung Lemhanas, Rabu (6/10/2010). Acara ini dibuka oleh Gubernur Lemhanas, Prof. DR. Muladi,SH, yang dihadiri oleh undangan dari berbagai instansi pemerintah, diantaranya Menteri BUMN, Kepala BATAN dan Kepala BAPETEN. Dalam seminar ini, Kepala BAPETEN sebagai salah satu pembahas yang memberikan tanggapan atas naskah seminar, yakni sebagai berikut:

1. Pada hakekatnya naskah seminar telah dirumuskan dengan baik, dengan mengambil tema yang merupakan permasalahan aktual. Bilamana disebutkan revitalisasi, maka terkandung makna, bahwa industri strategis pada masa lalu pernah menjadi andalan Pemerintah dalam memenuhi kepentingan-kepentingan strategisnya. Namun sesuai dengan bergeraknya waktu, diawali pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997/1998, maka terjadi pergeseran paradigma, bahwa sekalipun ada pada kategori industri strategis namun bilamana tidak dapat langsung berdampak secara significant pada pembangunan ekonomi, kiranya perlu re-scheduling kegiatan dan target-targetnya. Dan saat ini revitalisasi tersebut dirasa perlu untuk diterapkan pada industri-industri strategis tersebut sesuai dengan pemenuhan keperluan kebutuhan nasional, terutama untuk sistem pertahanan dan keamanan.
2. Secara umum suatu industri akan berkembang dengan baik bilamana hasilnya dapat diserap oleh pasar, kemudian diikuti dengan kegiatan litbang untuk mempertinggi kualitas produk industri tersebut. Adapun litbang tersebut dilaksanakan oleh tirpartite, yaitu lembaga-lembaga litbang dan perguruan tinggi sesuai dengan yang diperlukan oleh industri. (Konsep ABG: academician – business – government). Dengan cara ini maka: *) regenerasi penguasaan iptek dimulai dari sejak duduk di perguruan tinggi sesuai dengan target yang diharapkan sesuai pesanan industri *) laju pencapaian target kinerja dapat lebih dipercepat karena biasanya, di negara- negara industri, yang menyelesaikan pekerjaan tersebut adalah para mahasiswa sebagai materi tugas akhirnya *) litbang yang ada pada institusi-institusi Pemerintah dapat lebih diarahkan untuk melihat kenyataan tentang teknologi yang diperlukan oleh dunia industri
3) Namun ingat, bahwa kondisi geografi Indonesia yang spesifik mengakibatkan tinggi gelombang air laut yang melebihi 3 meter, sebagaimana sering diumumkankan oleh BMKG melalui running text oleh beberapa stasiun TV, akan mengganggu lalu-lintas kapal, termasuk yang mengangkut bahan bakar minyak, batubara, bahkan gas. Bilamana gangguan tinggi gelombang laut tsb mencapai waktu lebih dari 3 minggu, maka dapat dipastikan bahwa pasokan energi terutama untuk pulau Jawa menjadi terkendala dan hal tersebut dapat mengakibatkan pembangkit-pembangkit listrik tidak beroperasi.
4) Mampukah SDM Indonesia mengoperasikan PLTN? PLTN memang belum ada di Indonesia, namun pada saat ini terdapat 3 buah reaktor riset yang dikelola dengan baik oleh BATAN. Sebagai Badan Pengawas kami menyatakan bahwa pengelolaan reaktor-reaktor riset tsb dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan berbagai misi IAEA termasuk juga para Inspektur Safeguards IAEA. Keberadaan PLTN sebagai pemasok listrik untuk memenuhi keperluan industri dapat kita contoh dari berbagai negara industri di dunia. Bahkan UAE (United Arab Emirat) yang mempunyai minyak melimpah saja pada akhir tahun 2009 telah menandatangani kontrak untuk membangun PLTN dari Korea Selatan. Menyusul Yordania. Bahkan sebenarnya untuk wilayah Indonesia yang begitu luas maka diperlukan kapal laut penjaga wilayah yang bertenaga nuklir sehingga tidak perlu memikirkan dimana harus isi bahan bakarnya. Perlu dicatat, bahwa sebuah PLTN dapat dioperasikan terus menerus minimal dalam jangka waktu 1 tahun, bahkan saat ini ada yang bisa dioperasikan hingga 2 tahun. Dari aspek politis diperhitungkan, bahwa keberadaan PLTN dapat mengangkat status iptek bahkan kekuatan suatu negara. Kejadian di Tschernobyl, ditinjau dari segi pengawasan, mereka melanggar aspek perijinan. Ijinnya untuk produksi listrik, namun pada saat kejadian reaktor tersebut digunakan untuk eksperimen. Akibatnya PLTN unit ke-4 yang baru beroperasi 2 tahun tersebut meledak. Seandainya pada saat tersebut tidak digunakan untuk eksperimen maka kondisinya akan sama dengan Unit 1, 2 dan 3 yang beroperasi dengan normal.

Sumber : Kepala BAPETEN

BAPETEN Link

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

International Links