Kecelakaan Reaktor Nuklir Fukushima Dai'ichi di Jepang, Radiasinya tidak Sampai ke Indonesia
Kembali 14 Maret 2011 | Berita BAPETEN(Jakarta,BAPETEN)
Meski terjadi kecelakaan PLTN di Fukushima, akibat gempa disertai tsunami yang melanda Jepang, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu mengkhawatirkan dan radiasi yang dihasilkannya pun tidak akan sampai ke Indonesia. Demikian pernyataan yang dilontarkan Kepala BAPETEN As Natio Lasman, menanggapi kecelakaan reaktor nuklir di Fukushima, akibat gempa dan tsunami yang menghantam Jepang, Sabtu (12/03/11), sekitar pukul 15.30, waktu setempat. Berikut petikan wawancara media dengan Kepala BAPETEN selengkapnya.
Bagaimana sebenarnya yang terjadi
pada PLTN tersebut?
Sesuai dengan informasi yang saya terima dari contact point di Jepang, bahwa PLTN Unit 1 di Fukushima tersebut pada saat gempa secara otmatis shutdown. Pada saat shutdown tersebut dengan sendirinya produksi listrik dari PLTN tersebut juga akan mati. Namun, sesuai dengan standar keselamatan yang diberlakukan secara internasional, setiap PLTN harus dilengkapi dengan generator listrik cadangan. Generator ini berfungsi terutama untuk menjalankan pompa pendingin yang diperlukan untuk mengalirkan air pendingin sehingga teras reaktor menjadi dingin.
Pada awalnya, semua berjalan sesuai dengan sistem yang dirancang. Begitu reaktor secara otomatis shutdown, maka secara otomatis pula generator cadangan tadi berfungsi untuk menggerakan pompa pendingin. Hampir satu jam generator tersebut berfungsi dan kemudian datang tsunami, sehingga mengakibatkan generator tidak berfungsi. Akibatnya teras reaktor masih belum dapat didinginkan dengan baik sehingga uap air dan hidrogen yang dihasilkan dilepaskan dengan resiko hidrogen explosive, yang mengakibatkan pengungkung reaktor tidak tahan dan terjadi ledakan.
Sesuai dengan informasi yang saya terima dari contact point di Jepang, bahwa PLTN Unit 1 di Fukushima tersebut pada saat gempa secara otmatis shutdown. Pada saat shutdown tersebut dengan sendirinya produksi listrik dari PLTN tersebut juga akan mati. Namun, sesuai dengan standar keselamatan yang diberlakukan secara internasional, setiap PLTN harus dilengkapi dengan generator listrik cadangan. Generator ini berfungsi terutama untuk menjalankan pompa pendingin yang diperlukan untuk mengalirkan air pendingin sehingga teras reaktor menjadi dingin.
Pada awalnya, semua berjalan sesuai dengan sistem yang dirancang. Begitu reaktor secara otomatis shutdown, maka secara otomatis pula generator cadangan tadi berfungsi untuk menggerakan pompa pendingin. Hampir satu jam generator tersebut berfungsi dan kemudian datang tsunami, sehingga mengakibatkan generator tidak berfungsi. Akibatnya teras reaktor masih belum dapat didinginkan dengan baik sehingga uap air dan hidrogen yang dihasilkan dilepaskan dengan resiko hidrogen explosive, yang mengakibatkan pengungkung reaktor tidak tahan dan terjadi ledakan.
Bila seluruh PLTN menggunakan
generator cadangan, apakah hal tersebut juga berlaku pada
reaktor-reaktor riset?
Benar, sebagai contoh reaktor riset kita yang ada di kawasan Puspiptek Serpong, mempunyai juga generator listrik cadangan. Namun, perihal pendingin tersebut perlu saya sampaikan bahwa pada saat reaktor RSG GA Siwabessy di Serpong tersebut shutdown, maka pendingin teras dilakukan dengan terus mengalirkan air pendingin ke dalam teras reaktor. Perlu diketahui bahwa reaktor tersebut berdaya 30 MW.
Benar, sebagai contoh reaktor riset kita yang ada di kawasan Puspiptek Serpong, mempunyai juga generator listrik cadangan. Namun, perihal pendingin tersebut perlu saya sampaikan bahwa pada saat reaktor RSG GA Siwabessy di Serpong tersebut shutdown, maka pendingin teras dilakukan dengan terus mengalirkan air pendingin ke dalam teras reaktor. Perlu diketahui bahwa reaktor tersebut berdaya 30 MW.
Jadi, seandainya di Fukushima
tersebut hanya terjadi gempa saja dan tidak diikuti tsunami, maka
reaktor tersebut tetap aman?
Saya meyakininya demikian, karena generator tersebut tidak berfungsi setelah tsunami datang.
Saya meyakininya demikian, karena generator tersebut tidak berfungsi setelah tsunami datang.
Apakah tidak ada usaha lain untuk
menggantikan fungsi generator tersebut?
Ada usaha untuk itu. Email yang saya terima pada tanggal 11 Maret petang menginformasikan bahwa mereka tengah mengusahakan mendatangkan generator lain melalui udara. Namun, saya tidak tahu kelanjutannya, apakah generator tersebut telah datang dan telah dipasang. Namun, yang terbetik adalah kejadian sebagaimana disebutkan di atas.
Ada usaha untuk itu. Email yang saya terima pada tanggal 11 Maret petang menginformasikan bahwa mereka tengah mengusahakan mendatangkan generator lain melalui udara. Namun, saya tidak tahu kelanjutannya, apakah generator tersebut telah datang dan telah dipasang. Namun, yang terbetik adalah kejadian sebagaimana disebutkan di atas.
Apakah benar dikhawatirkan akan
terjadi hujan asam?
Kalau dilihat dari struktur, bahan bakar dan sistem pendingin kiranya tidak ada unsur yang adapat menunjang terjadinya hujan asam. Namun, pemanfaatan boron di dalam pendingin, yang dimaksudkan untuk pengendalian daya reaktor, mungkin ini yang dapat menyebabkan terjadinya asam borat.
Kalau dilihat dari struktur, bahan bakar dan sistem pendingin kiranya tidak ada unsur yang adapat menunjang terjadinya hujan asam. Namun, pemanfaatan boron di dalam pendingin, yang dimaksudkan untuk pengendalian daya reaktor, mungkin ini yang dapat menyebabkan terjadinya asam borat.
Mengapa daerah evakuasinya mencapai
20 km?
Hal ini lebih ditentukan oleh seberapa kuat ledakan tersebut yang direpresentasikan dengan ketinggian kepulan (fallout) di atas lokasi reaktor, seberapa kencang tiupan angin, dan kemana arah angin tersebut. Bilamana arah anginnya hanya menuju ke arah tertentu saja, maka yang perlu dievakuasi hanya arah tersebut saja. Namun, untuk antisipasi bilamana arah angin dapat berubah sewaktu-waktu, maka Pemerintah Jepang menentukan radius tersebut yang harus dievakuasi.
Hal ini lebih ditentukan oleh seberapa kuat ledakan tersebut yang direpresentasikan dengan ketinggian kepulan (fallout) di atas lokasi reaktor, seberapa kencang tiupan angin, dan kemana arah angin tersebut. Bilamana arah anginnya hanya menuju ke arah tertentu saja, maka yang perlu dievakuasi hanya arah tersebut saja. Namun, untuk antisipasi bilamana arah angin dapat berubah sewaktu-waktu, maka Pemerintah Jepang menentukan radius tersebut yang harus dievakuasi.
Bagi penduduk pada daerah evakuasi
tersebut, apa yang perlu mereka lakukan?
Mereka harus menuruti segenap instruksi yang diberikan oleh Pemerintah. Pada tempat yang telah ditentukan, satu per satu mereka akan dideteksi seluruh tubuhnya. Bilamana terindikasi adanya debu radioaktif yang menempel pada pakaian, maka pakaiannnya harus diganti, kemudian mandi (shower) agar partikel-partikel yang masih menempel di tubuh dapat lepas dan terikut air. Pada daerah evakuasi dilarang untuk makan ataupun minum di tempat terbuka. Minuman dan makanan yang terbuka dilarang untuk dinikmati. Merokok pun dilarang, karena dikhawatirkan pada saat menghisap rokok maka partikel radioaktif dapat masuk ke dalam tubuh melalui hisapan tersebut.
Mereka harus menuruti segenap instruksi yang diberikan oleh Pemerintah. Pada tempat yang telah ditentukan, satu per satu mereka akan dideteksi seluruh tubuhnya. Bilamana terindikasi adanya debu radioaktif yang menempel pada pakaian, maka pakaiannnya harus diganti, kemudian mandi (shower) agar partikel-partikel yang masih menempel di tubuh dapat lepas dan terikut air. Pada daerah evakuasi dilarang untuk makan ataupun minum di tempat terbuka. Minuman dan makanan yang terbuka dilarang untuk dinikmati. Merokok pun dilarang, karena dikhawatirkan pada saat menghisap rokok maka partikel radioaktif dapat masuk ke dalam tubuh melalui hisapan tersebut.
Apakah hal semacam di Fukushima ini
dapat terjadi di RSG GA Siwabessy?
Tentunya tidak, karena reaktor nuklir di Serpong tersebut, modelnya adalah open pool, tidak ada tekanan pendingin, nominal daya termalnya maksimum 1/40-an daya termal di Fukushima, dan kemungkinan tsunami pada lokasi reaktor nuklir boleh dikatakan tidak ada. Sebagai catatan, reaktor nuklir RSG GA Siwabessy di Serpong, berada pada ketinggian lebih dari 60 meter di atas permukaan air laut, disamping itu kebolehjadian kegempaan di sebelah utara pulau Jawa tidaklah sama dengan di sisi selatan pulau Jawa.
Tentunya tidak, karena reaktor nuklir di Serpong tersebut, modelnya adalah open pool, tidak ada tekanan pendingin, nominal daya termalnya maksimum 1/40-an daya termal di Fukushima, dan kemungkinan tsunami pada lokasi reaktor nuklir boleh dikatakan tidak ada. Sebagai catatan, reaktor nuklir RSG GA Siwabessy di Serpong, berada pada ketinggian lebih dari 60 meter di atas permukaan air laut, disamping itu kebolehjadian kegempaan di sebelah utara pulau Jawa tidaklah sama dengan di sisi selatan pulau Jawa.
Bilamana terjadi kondisi darurat,
apakah SDM kita siap untuk menanggulanginya?
Kesiapan tersebut senantiasa diupayakan secara terus menerus melalui berbagai latihan kedaruratan nuklir. Tahun 2010 latihan diadakan dengan obyek reaktor nuklir di Serpong. Latihan tersebut melibatkan berbagai instansi, seperti dari BATAN, BNPB, TNI Nubika, Kementerian Kesehatan, dan Pemda. Karena dalam skenario latihan kedaruratan terkait dengan faktor keamanan, maka melibatkan juga Tim Gegana dan Kopassus. Waktu evakuasi dilakukan, melibatkan sekitar seribu-an orang.
Mudah-mudahan hal semacam di Fukushima tidak terjadi di Republik Indonesia tercinta ini.
Kesiapan tersebut senantiasa diupayakan secara terus menerus melalui berbagai latihan kedaruratan nuklir. Tahun 2010 latihan diadakan dengan obyek reaktor nuklir di Serpong. Latihan tersebut melibatkan berbagai instansi, seperti dari BATAN, BNPB, TNI Nubika, Kementerian Kesehatan, dan Pemda. Karena dalam skenario latihan kedaruratan terkait dengan faktor keamanan, maka melibatkan juga Tim Gegana dan Kopassus. Waktu evakuasi dilakukan, melibatkan sekitar seribu-an orang.
Mudah-mudahan hal semacam di Fukushima tidak terjadi di Republik Indonesia tercinta ini.
Sumber : Humas