Banner BAPETEN
Indonesia Zona Aman dari Akibat Ledakan PLTN Jepang
Kembali 16 Maret 2011 | Berita BAPETEN
bdi_160311093114.jpg

(Jakarta,BAPETEN) 

bdi_160311092905.jpgDalam keseharian sering kita katakan: Utamakan keselamatan. Keselamatan manusia adalah segalanya. Filosofi ini harga mati, tidak boleh ditawar-tawar. Sebab yang termahal di dunia ini adalah nyawa manusia. Titik! Ini sangat penting bagi Bapeten, sebagai badan pengawas tenaga nuklir di Indonesia yang memastikan wilayah Ibu Pertiwi aman dari radiasi nuklir, baik untuk masyarakat, lingkungan dan para pekerja. Agar masyarakat kita mengetahui dampak ledakan PLTN di Prefektur Fukushima, Jepang, kita ambil hikmah dari musibah sebagai pembelajaran berharga apa akibat gempa yang disusul tsunami setinggi 10 meter pada Jum'at, 12 Maret 2011.

Untuk itu, Kepala Bapeten Dr. As Natio Lasman mengadakan konferensi pers Di Gedung Bapeten Jakarta. “Indonesia tidak perlu khawatir tentang ledakakan PLTN Fukushima di Jepang, partikel-partikel yang lepas ke udara dan radiasi yang ditimbulkan tidak akan sampai ke Indonesia,” jelasnya. Apa yang dilakukan pemerintah Jepang sudah sesuai dengan standar keselamatan yang diberlakukan secara internasional. Hal ini disampaikan dalam keterangan pers, Selasa 15 Maret 2011.
Dengan menerapkan sistem Prosedur Kedaruratan Nuklir (Emergency Preparedness and Response), sehingga jumlah dan jenis radioaktif yang keluar dapat diprediksikan. Dengan analisis dan hitungan-hitungan, efek dari bahaya nuklir dapat diminimalisir secara sempurna, sebab standar prosedur keamanan dapat dijalankan dengan disiplin. Ini dijelaskan untuk menanggapi beberapa pendapat dari sebagian masyarakat yang masih takut akan ledakan reaktor PLTN di Jepang.
Dijelaskan lebih lanjut, dari 54 PLTN Jepang yang beroperasi 6 yang terkena dampak gempa secara otomatis shutdown. Pada saat shutdown produksi listrik dari PLTN tersebut mati. Namun, sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku secara internasional, setiap PLTN harus dilengkapi dengan generator listrik cadangan. Generator ini berfungsi terutama untuk menjalankan pompa pendingin yang diperlukan untuk mengalirkan air pendingin sehingga suhu teras reaktor menjadi dingin.
Hampir satu jam generator tersebut berfungsi. Datanglah hantaman tsunami, yang mengakibatkan 2 generator untuk 2 pendingin reaktor tidak berfungsi. Akibatnya 2 teras reaktor ini masih belum dapat didinginkan dengan baik sehingga uap air dan hidrogen yang dihasilkan dilepaskan dengan resiko hidrogen explosive, yang mengakibatkan pengungkung reaktor tidak tahan dan terjadi ledakan.
imgkonten
Menghadapi hal ini Jepang langsung memperluas zona evakuasi yaitu 10 km sampai 20 km dari reaktor. Perluasan zona ini merupakan antisipasi dari partikel-partikel yang lepas ke udara. Kalau dilihat dari struktur, bahan bakar dan sistem pendingin kiranya tidak ada unsur yang dapat menunjang terjadinya hujan asam. Namun, pemanfaatan boron di dalam pendingin untuk pengendalian daya reaktor inilah yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya hujan asam borat. Ini merupakan hujan asam yang lemah. Zat ini biasanya dapat digunakan untuk kosmetik.
Tiupan angin di sekitar wilayah tersebutpun hanya berkecepatan 0,5 km sampai 6 km per jam. Dan arahnya menuju Barat Laut dan Barat atau arah Cina dan Rusia sehingga kecil kemungkinan sampai ke Indonesia. Meski demikian untuk memastikan Bapeten akan segera memeriksa tepi laut Menado. Jepang sudah menyatakan bahwa ini hanya untuk kedaruratan lokal bukan negara. Kita berharap semoga dapat segera turun hujan sehingga partikel yang terlepas di udara dapat turun dan tidak menyebar. Hal ini akan memudahkan zona evakuasi.
"Untuk orang yang terpapar partikel atau kalau sampai terjadi hujan asam, perlu gizi yang baik agar metabolisme tubuhnya meningkat dan cukup untuk mengatasi jika ada anomali (kelainan/kerusakan syaraf) dapat segera diatasi oleh daya tahan tubuh,” tegasnya. Di sinilah kita menyadari betapa sempurna penciptaan manusia untuk mengatasi kelainan dalam tubuhnya sendiri.
Acara yang dihadiri 45 media cetak maupun elektronik ini, dilanjutkan dengan diskusi. Di antaranya apa yang dipertanyakan wartawan tentang rencana pembangunan PLTN di Indonesia.”Bapeten sampai hari ini belum menerima pengajuan permohonan aplikasi untuk itu. Kalaupun ada yang mengajukan izin, kami mensyaratkan haruslah PLTN yang proven teknologi, artinya harus ada contoh PLTN yang sudah diopersikan minimal selama 3 tahun. Dalam musibah PLTN Jepang ini dapat kita ambil hikmah dan pelajaran bagi Indonesia yang terletak pada Ring of Fire (cincin api) baik dalam perencanaan maupun pengelolaan PLTN kelak dalam hal kesiapsiagaan. Faktor kejadian (musibah) alam terburuk akan bisa menjadikan pembelajaran dan pertimbangan. Dan Bapeten tidak akan memberikan izin di daerah pertemuan lempeng,” tambah Kepala BAPETEN sekaligus menutup konferensi pers yang berlangsung 35 menit itu.
imgkontenimgkonten

Sumber : Humas

Tautan BAPETEN

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

Tautan Internasional

Tautan LPNK