Banner BAPETEN
Dialog Kebijakan Energi Nasional
Kembali 12 Oktober 2011 | Berita BAPETEN
bdi_121011013354.jpg

(Jakarta,BAPETEN) 

bdi_121011010902.jpgSeiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, mengakibatkan melonjaknya konsumsi energi nasional. Seperti kita ketahui bersama, cadangan energi khususnya energi fosil di tanah air kian menipis. Apabila tidak segera dicari solusinya, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan mengalami krisis energi yang akan berdampak pada perekonomian bangsa.

Guna mengupas permasalahan tersebut, Soegeng Sarjadi Forum menggelar dialog khusus di Jakarta, Selasa (11/10/11) petang, dengan mengangkat tema “Menghitung Kekayaan Alam Rakyat: Kebijakan Energi Nasional.” Dialog ini menghadirkan sejumlah narasumber seperti, Direktur Utama PLN Dahlan Iskan, Kepala BP Migas R Priyono, Kepala BAPETEN As Natio Lasman, Pengamat Migas Kurtubi, dan moderator Soegeng Sarjadi.

Menurut Priyono, masalah keterbatasan energi biasanya identik dengan out of innovation, idea, dan decision making. Maka dari itu, lanjut Priyono, keputusan yang menyangkut energi dapat bergerak apabila dilakukan tidak ragu-ragu. Apabila ragu-ragu dalam melangkah maka inovasi dan ide tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Terkait dengan resources minyak dan gas bumi yang ada sekarang, Priyono menambahkan, hal ini harus dimanfaatkan karena negara lain tidak akan mampu menghasilkan gas bumi kendati mereka memiliki teknologi canggih.

Sementara itu, Dahlan mengatakan, apabila produksi minyak dan gas dalam negeri menurun, nantinya akan berdampak pada impor BBM. Apabila nantinya kita dapat mengoptimalkan gas yang bisa diandalkan, maka harus dibarengi juga dengan kebijakan, seperti kendaraan bahan bakarnya diganti dengan LNG yang ramah lingkungan, kemudian menghentikan ekspor. Apabila fasilitas gas dalam negeri telah dibangun, maka dapat menurunkan biaya pokok listrik. Disamping itu, Dahlan juga mengatakan, harga listrik yang dihasilkan nuklir di Korea Selatan, hanya 3 sen dan ini jauh lebih murah dari batu bara, gas, dan BBM.
Pada kesempatan yang sama, Kurtubi menuturkan, pengelolaan energi primer dan konversi energi sangat membutuhkan keberanian untuk mengoreksi yang tidak tepat guna menggerakan sektor perekonomian. Dirinya mengatakan, untuk 10 tahun terakhir ini industri eksplorasi terlihat menurun. Lebih lanjut Kurtubi mengharapkan agar eksplorasi diintensifkan, melihat cadangan gas potensial yang ada seperti di Natuna. Dengan begitu pemerintah dapat menggolongkan berapa persen keperluan dalam negeri dan untuk ekspor, sekaligus mengurangi jumlah subsidi BBM.

Menanggapi peran nuklir sebagai energi alternatif, Kepala BAPETEN menyatakan, pertemuan badan pengawas se-ASEAN yang digelar beberapa waktu lalu, disebutkan bahwa PLTN yang ada di dunia saat ini sebanyak 442 unit, dan sampai tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 552 unit, dimana 331 unit diantaranya dibangun di kawasan Asia. Hal ini, tambah Kepala BAPETEN, dikarenakan kebutuhan energi yang sudah sangat mendesak.

Untuk uranium sendiri, apabila tidak ditemukan cadangannya lagi juga akan habis. Namun, bahan bakar yang telah dipakai dan kemudian menghasilkan bahan bakar kembali hanya terdapat di nuklir. Jika tidak punya reaktor nuklir, maka tidak akan pernah memiliki plutonium yang dapat menjadi bahan bakar baru lagi.

imgkonten

Sumber : Humas

BAPETEN Link

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

International Links