Pada tahun 2024, pedoman yang disusun dengan difokuskan pada penggunaan sumber radiasi pengion di fasilitas radioterapi. Hal tersebut dikarenakan selain penggunaan radiasi yang memiliki risiko tinggi, juga karena tata kelola dan infrastruktur di fasilitas radioterapi sudah tertata dengan baik, sehingga diharapkan praktik yang baik yang dilakukan di fasilitas radioterapi dapat digunakan dalam memperkaya muatan pedoman pelaksanaan tinjauan radiologik yang sedang disusun.

Pedoman teknis yang disusun ini digunakan untuk memberi panduan bagi pemegang izin dalam melaksanakan tinjauan radiologik yang memiliki lingkup telaah mengenai kekurangan dan kelebihan penerapan justifikasi, optimisasi, investigasi, serta koreksi terhadap paparan medik. Hal ini sesuai dengan Pasal 48 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2023, yang menyatakan bahwa pemegang izin wajib memastikan tinjauan radiologik pada paparan medik dilakukan secara berkala di fasilitas yang menjadi tanggung jawabnya. Tinjauan radiologi terhadap paparan medik juga merupakan tinjauan yang komprehensif terhadap keselamatan pasien terkait dengan penggunaan sumber radiasi pengion.

Kegiatan survei ke fasilitas radioterapi RS Primaya Tangerang ini disambut dengan baik dan antusias oleh pihak rumah sakit, yang terdiri dari dr. Jocelyn Adrianto, MARS selaku Direktur Rumah Sakit, Kepala Instalasi Radioterapi dr. Maryam Fathima, Sp.Onk Rad, Edwien Setiawan selaku PPR Medik Tingkat 1, Firyal Dhiyaul Haqqi selaku fisikawan medis, Yudha Permana selaku radioterapis. Begitu pula saat kunjungan ke RS Hermina Bekasi, disambut dengan hangat oleh jajaran manajemen RS dan staf yang terdiri dari dr. Khairina, MARS selaku Direktur RS Hermina Bekasi, dr. Agnes Vianti, MARS sebagai Wakil Direktur Medis, Dokter Spesialis Onkologi Radiasi dr. Tisa Prima Putri, Sp. Onk. Rad, Ismil Banida Nuryaman selaku PPR Medik Tingkat 1 sekaligus Kepala Ruangan Radioterapi, Riyan Muharam selaku Fisikawan Medis, dan Dian Eka selaku staf Pembinaan Mutu RS Hermina.

Kedua rumah sakit tersebut menyampaikan apresiasi dan siap membantu dalam rangka ikut berkontribusi dalam penyusunan pedoman tinjauan radiologik, dan berharap apa yang dperoleh dari rumah sakit ini akan menjadi contoh baik dan pembelajaran untuk implementasi pedoman yang berlaku untuk seluruh fasilitas radioterapi di Indonesia.

Setelah sesi pembukaan dilanjutkan penyampaian materi pengantar yang dilanjutkan dengan sesi diskusi penggalian informasi kemamputerapan pedoman dengan alat bantu kuesioner. Kegiatan ini di akhiri dengan melakukan tinjauan ke fasilitas radioterapi yang dimiliki oleh kedua rumah sakit untuk melihat secara langsung implementasi layanan pasien dengan radioterapi. Hal tersebut diharapkan dapat melengkapi gambaran proses radioterapi yang tergambar dalam diskusi mengenai tinjauan radilogik.

Dari kedua kunjungan yang dilaksanakan, tim penyusun mendapatkan banyak masukan, antara lain praktik penerapan indikator mutu, pelaporan, perekaman dalam sistem electronic medical record, penyusunan dan pencapaian key performance indicator (KPI) dalam satu unit, dan penjaminan mutu internal maupun eksternal. [P2STPFRZR/Sudradjat/BHKK/AQ/AAP]