Kemampuan teknis dan nonteknis perlu menjadi perhatian dalam persiapan PLTN nasional. Persiapan teknis meliputi penguatan pemahaman teknologi nuklir yang terus berkembang serta antisipasi dalam pengawasan. Sedang permasalahan lain yang tidak terhindarkan berkenaan dengan menanamkan pemahaman masyarakat dan perlunya penumbuhan kepercayaan terhadap BAPETEN sebagai lembaga yang berkemampuan mengawasi teknologi pembangkit tenaga nuklir.

Untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, pekerja dan lingkungan hidup dengan prinsip safety, security, dan safeguard, BAPETEN sebagai badan pengawas, rutin mengadakan Seminar Keselamatan Nuklir. Pada tahun 2012 seminar bertemakan “Peningkatan Efektivitas Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir di Indonesia”.

Dalam laporannya Ketua Panitia Dr. Azizul Khakim, M.Eng., menyampaikan bahwa acara dihadiri lima orang pakar sebagai pembicara, yaitu Drs. Kukuh Syaefudin, M.Sc. Kepala Pusat Sistem Penerapan Standar-BSN, Prof. Dr. Djakaria Sp. Rad (K), Onk Rad- RSCM., Dr. Saito Shinzo RADA-Japan, Dr. SujitSammadar IAEA, Dr. Alexander Agung Chalmers University of Technologi, SE-412 96 Gothenburg Sweden. Pada acara ini juga dipresentasikan 26 poster, 17 poster dengan topik Instalasi dan Bahan Nuklir dan 9 poster dengan topik Fasilitas Radiasi dan Zatradioaktif. Seminar diadakan di Jakarta, 4 Juli 2012, dihadiri 200 peserta dari BAPETEN, BATAN, BSN, Universitas dan instansi terkait lainnya.

Dalam sambutan pembukaannya Dr. As Natio Lasman menyampaikan “Seminar yang secara rutin diselenggarakan ini sekaligus menyemarakkan rangkaian kegiatan Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-17. Peringatan puncak Hakteknas ke-17 tersebut akan diselenggarakan tanggal 10 Agustus 2012 di Bandung”.

Definisi yang ada pada UU Nomor 10 Tahun 1997, bahwa tenaga nuklir adalah tenaga dalam bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses tranformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion, Pengawasan tenaga nuklir yang dilakukan BAPETEN tentunya mencakup berbagai kegiatan, baik dalam bidang energi maupun bidang non-energi.

Seminar kali ini dihadiri pula pakar dan pemerhati baik dalam lingkup energi maupun non-energi.

Lebih lanjut ditekankan istilah 3 S, yakni safety, security dan safeguards. Pengawsan yang dilakukan melalui peraturan, perizinan dan inspeksi, untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Hal ini tentu menuntut pengetahuan dan kompetensi SDM.

“Sejak kecelakaan nuklir di Fukusima Daiichi 11 Maret 2011, berbagai kegiatan telah dilaksanakan, terutama oleh negara-negara anggota IAEA, untuk melakukan stress test. Kegiatan yang dilakukan BAPETEN antara lain scanning di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan Ngurah Rai Bali, selama 2 minggu terhadap para penumpang yang datang dari Jepang”.

Dalam acara penutupannya, Dr. Khoirul Huda Deputi Pengkajian Keselamatan Nuklir. menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pembicara yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang sangat penting untuk pengambangan pengawasan nuklir di tanah air. Seminar ini dilakukan untuk terus menumbuhkembangkan budaya keselamatan, baik dalam bidang instalasi dan bahan nuklir maupun dalam bidang fasilitas radiasi dan zat radioaktif dapat senantiasa dilakukan dengan baik. Seminar juga merupakan upaya lembaga dalam meningkatkan kualitas pengawasan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air sekaligus sebagai wahana untuk menjalin komunikasi di antara para pemerhati iptek nuklir.