Kita kaitkan dengan teknologi ketenaganukliran, kekhawatiran dan rasa takut manusia tentang energinya adalah wajar dengan pengecualian.Wajar karena stigma negatif nuklir telah menyejarah sejak bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II pada tahun 1945. Uji coba nuklir juga memperkecil nyali manusia, karena akibatnya yang dahsyat.

Upaya menekan resiko harus terus menerus dilakukan sehingga bahaya yang ditimbulkan bisa dihindari. Untuk itu, kerjasama antara BAPETEN dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) harus terjalin dengan baik. Terlebih untuk mempersiapkan Indonesia Center of Excellent for Nuclear Security and Emergency Preparedness (ICoNSEP) yang akan diresmikan tanggal 19 Agustus 2014 di DI. Yogyakarta.

Koorrdinasi yang dilaksanakan di Pusdiklat Penanggulangan Bencana yang berlokasi di kompleks IPSC (Indonesia Peace and Security Center) Sentul, Bogor ini dihadiri oleh Kepala BAPETEN Prof. Jazi Eko Istiyanto, Deputi Perizinan dan Inspeksi Drs. Martua Sinaga, MM. dan Kepala Biro Perencanaan Ir. Yusri Heni NA, dan diterima oleh Kepala BNPB Syamsul Maarif, Ir. Tri Budiarto Deputi Bidang Penanganan Darurat, dan dr. Bagus Cahyono Kepala Pusdiklat Penanggulangan Bencana.

Pada kesempatan itu BAPETEN dan BNPB membahas agenda ICoNSEP dan penerapannya di masa mendatang untuk penanggulangan bencana khususnya jika di wilayah tersebut ada instalasi pemanfaatan tenaga nuklir. Saat ini, sumber radioaktif diawasi secara ketat oleh BAPETEN termasuk jika ada kemungkinan terjadinya bencana. Hal ini merupakan upaya untuk pencegahan bila terjadi bahaya tenaga nuklir di Indonesia.

Acara ditutup dengan diskusi sebagai tindak lanjut pertemuan sehingga bermanfaat untuk kepentingan kedua belah pihak dalam upaya keamanan nasional dari bahaya bencana alam yang berdampak terhadap instalasi tenaga nuklir di Tanah Air. Sebelum kembali ke Jakarta rombongan BAPETEN berkesempatan untuk berkeliling melihat Komplek IPSC.