Banner BAPETEN
Buka Puasa Bersama di lingkungan BAPETEN
Kembali 10 Juli 2014 | Berita BAPETEN
bdi_100714015049.jpg

(Jakarta,BAPETEN) 

bdi_100714103328.jpgIbrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik (QS Ali Imron (3): 67).

Demikian antara lain ceramah Kepala BAPETEN, Selasa, 8 Juli 2014 BAPETEN mengadakan acara buka puasa dan sholat maghrib berjamaah yang dihadiri Kepala BAPETEN dan seluruh pejabat dilingkungan BAPETEN.
Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 185-186 yang dibacakan oleh Sukanta, S.ST dan saritilawah disampaikan oleh Rinasari, SE, MM.
Ceramah keagamaan dilakukan oleh Kepala BAPETEN Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto yang menyampaikan tentang hikmah puasa antara lain melatih keimanan dan disiplin dalam memanfaatkan sesuatu yang walaupun halal seperti makanan halal, tetapi harus berhenti dinikmat saat imsak. Boleh dinikmati kembali saat berbuka puasa, yakni setelah azan maghrib berkumandang. Itu termasuk rangkaian berlatih mendisiplin diri sendiri. Tanpa diawasi, namun kita sebagai kaum beriman mentaatinya demi perintah agama.
imgkontenimgkonten
Lebih lanjut disampaikan tentang bersyukur. Rasa syukur itu timbul karena pemahaman kita tentang anugerah Allah SWT yang telah banyak terlimpah kepada manusia. Maka jangan sampai kita kehilangn harta paling berharga yaitu keiman kepada Allah SWT.
Dikisahkan pula tentang kecerdasan Nabi Ibrahim as. ketika menghancurkan berhala yang disembah moyang kaum Quraisy. Bagaimana mungkin patung yang dibuat oleh manusia, disembah sendiri oleh manusia? Patung dari batu itu tak memberi manfaat apapun terhadap manusia.
Pencerdasan merupakan suatu keniscayaan, sebab beban tugas yang dipikulkan kepada manusia sebagai khalifah di bumi sungguh berat. Manusia tidak boleh bodoh. Kebodohan adalah residu pemikiran akibat ketersesatan yang jauh. Dan kebodohan dalam skala puncak melahirkan “ketuhanan”sebagaimana fenomena penuhanan terhadap berhala Latta, Uzza dan Manat.
Produk lain dari kebodohan adalah sifat arogan, pemujaan dan pengandalan akal semata-mata serta ketakpercayaan pada hal-hal yang ghaib. Padahal secara nalar Tuhan pun Mahaghaib. Sementara dunia tasawuf menisbahkan apa yang kasat mata di dunia ini sebagai maya, bahkan kepalsuan belaka.
Pada dasarnya sejarah perjalanan agama menunjukkan perurutan waktu yang runut antara dahulu, kini dan kelak. Perjalanan hidup manusia disejarahkan. Peradaban lahir dari suatu implikasi logis diberikannya akal bagi (keunggulan) manusia. Hal ini kita yakini dari Al Qur’an, yang menyajikan informasi berbagai kejadian sejak proses awal penciptaan jagat raya dengan segala isinya.
Acara berjalan khidmat dan berakhir ketika adzan maghrib. Dilanjutkan dengan acara berbuka puasa, shalat maghrib berjamaah, dan silahturahmi.
imgkontenimgkonten

Sumber : Humas

Tautan BAPETEN

mkananmenu_2024-02-26-145126.png
mkananmenu_2021-04-19-125003.png
mkananmenu_2021-04-19-125235.png
mkananmenu_2021-08-25-114254.png
mkananmenu_2024-03-25-135103.png
mkananmenu_2024-05-15-171035.jpeg

Feedback

GPR Kominfo

Video

Tautan Internasional

Tautan LPNK